[TRAVEL REVIEW] #LOMBOKTRIP - MATARAM CITY TOUR

Lombok sudah menjadi bucket list saya sejak dulu. Cuma nggak pernah kesampaian karena harga tiketnya mahal sekali. Yah namanya juga mimpi, pasti ada aja jalannya kalau terus di doakan, bucket list ke Lombok itu saya coret saat suami saya memberikan tiket honeymoon pertama kami kesana hooray! Senangnya bukan main pas tau-tau saya tinggal terima jadi sesi honeymoon kita di Lombook, pesawat dan hotel serta akomodasi semua dia yang pilihkan, Huhuhuy sekali-kali jadi koper traveller boleh dong! Then, 3 hari setelah kami menikah, tepatnya 28 November 2013 lalu kami mendarat di Bandara Internasional Lombok Praya yang baru dengan pesawat Garuda Indonesia yang baru pertama kali juga saya naiki hahaha #norakdikit. Bandaranya baguuuus dan rapi, tipikal bandara-bandara baru di Indonesia yang desainnya semua mirip kayak Terminal 3 SHIA. Dari Praya, kami dijemput sama pihak hotel a.k.a rekanan hotel yang merupakan orang travel. Kami ditemani oleh Pak Alam dan asistennya yang sepanjang perjalanan nyeritain tentang Lombok dan budayanya nggak berhenti-berhenti #tutupkuping #elapkeringet
Sejatinya #halah, kami akan menuju hotel di daerah Senggigi tapi berhubung pesawat kami masih terlalu pagi, akhirnya saya dan suami sepakat mengambil Mataram City Tour yang ditawarkan Pak Alam (sebenernya agak males sih, tapi berhubung si bapak2 terkesan memaksa dengan muka memelasnya, suami saya iya iya aja hahaha). So, here’s our Mataram City Tour!

#1st Destination - Desa Banyumulek, Lombok Tengah

Desa Banyumulek merupakan salah satu desa wisata yang gencar dipromosikan pemerintah Lombok karena hampir semua penduduk bermata pencaharian sebagai pembuat gerabah. Nggak heran sepanjang jalan saya melihat banyak penjual gerabah disini. Kerajinan gerabah di desa ini tidak hanya sekadar membuat gentong atau sejenisnya, tapi mereka membuat berbagai macam hiasan rumah dan kantor juga seperti guci, teko, peralatan makan, tempat lilin, asbak, vas bunga dan lainnya. Di hampir semua showroom kita juga bisa melihat proses pembuatan gerabahnya dan menjajal membuatnya. Sebenarnya agak membosankan berkunjung ke tempat seperti ini soalnya ujung-ujungnya si penjualnya melototin saya karena saya nggak beli apa-apa hehehe….


#Tips: jangan ambil tujuan wisata ke tempat beginian kalau kamu bukan ibu-ibu yang doyan traveling sambil pulang bawa oleh-oleh asbak atau pajangan buat dirumah ;-)

#2nd Destination – Desa Sukarere, Lombok Tengah

Again, sebenarnya saya agak malas dengan city tour karena ujung-ujungnya saya disuruh membeli sesuatu (nasib dibawa orang travel gini nih #ngelusdada). Tapi berhubung hujan besar, akhirnya Pak Alam tetepa membawa kami ke Desa Sukarere ini tempat kerajinan tenun ikat dan songket khas Lombok. Rame banget tempatnya, banyak turis pada jajal bikin songket. Saya baru tau ternyata untuk membuat selembar songket saja dengan alat tenun yang terbuat dari kayu itu dibutuhkan skeitar 1-2 bulan lho…buseeeet itu kaga panas apa pantat cewek-cewek Lombok yak hahaha…dan uniknya, cewek Lombok dianggap sudah dewasa dan siap menikah itu jika mereka sudah bisa menenun *beruntunglah saya jadi cewek Jakarta hahaha….Di Desa Sukarere ini saya melihat showroom yang isinya kerajinan tenun ikat dan songket dengan beragam motif dan warna. Aduuuuhh ngiler sih liatnya, bagus-bagus banget tenunnya, tapi pas ditanya harganya rata-rata jutaan, saya langsung nangis huhuhu….


Jadi disini saya hanya mencoba berfoto dengan pakaian adat Lombook saja. Hihhi lumayan lah ngasi rejeki ke penjaga tokonya buat ngebuat saya dan si Mas jadi manequien bajua adat 5 menit hehehe…


#Tips: again, kalau kamu nggak bawa duit jutaan, jangan coba-coba menawar harga songket atau beli tenun ikat di showroom beginian. Mending ke pasar Cakranegara Mataram atau toko souvenir di sekitaran Sengigi, banyak tenun ikat dan songket lebih murah disana. Meanwhile, dipelototin sama penjaga toko juga gak enak aaaaaak! Oiya, kasih tips ke penjaga toko yang nawarin kamu pakai baju adat seikhlasnya gak masalah, 100 ribu cukup kok (kegedean sih menurut saya *barunyadar haha)

#3rd Destination – Desa Wisata Dusun Ende - Suku Sasak Ende

Ini yang bikin saya sedikit bisa bernapas lega dari dua kunjungan sebelumnya. Dusun Ende terletak di desa Rambitan, Lombok Tengah, sekitar 40 km dari Mataram. Di dusun ini tinggal suku asli Lombok yaitu, Suku Sasak Ende. Dusun ini merupakan salah satu dusun yang masih mempertahankan ada tradisi asli Sasak dan mamu mmebuka diri mereka dengan menerima kedatangan wisatawan asing dan lokal. Nggak heran dusun yang hanya memiliki 27 kepala keluarga ini menjadi ramai dihari libur.


Beruntung saya kesini saat weekday, saya bisa dengan leluasa ngobrol dengan warga disini. Rumah mereka terbuat dari kayu dan rotan serta beratapkan daun rumbia. Lantai rumahnya juga unik terbuat dari campuran abu jerami, tanah liat, dan kotoran sapi yang sama kuatnya dengan semen dan katanya manjur mengusir nyamuk dan serangga di malam hari. Kata seorang nenek yang saya temui sedang menenun di depan rumahnya, mereka hidup dalam satu rumah tanpa sekat kamar disini. Pas saya lihat kedalam salah satu rumah Sasak, gila luas sih luas rumahnya, tapi kosong melompong tanpa kasur untuk tidur dan dapur (dapurnya dibuat di tempat terpisah dibelakang rumah). Mereka rata-rata tidur pakai kain dan lucunya laki-laki harus tidur di teras luar dengan tujuan menjaga istri dan anaknya *langsungmeluksuami *gategangebayanginnya


#Tips: Jangan lupa membayar sumbangan setelah meninggalkan desa wisata ini, tujuannya untuk pengembangan desa ini kok, toh kamu pasti bakalan miris deh ngelihat kehidupan mereka yang sangat amat sederhana. Sekedar uang 10 ribu pun nggak ada harganya kan buat kita yang di Jakarta bisa tidur pakai kasur ;-)

#4th Destination – Pantai Kuta

Horeeee…akhirnya mantai juga! Gila saya memang tercipta sebagai anak pantai sejati sepertinya, rasanya langsung badan langsung segar bugar kalau lihat pantai dan air laut yang biru. Pantai Kuta letaknya masih di Lombok Tengah, sekitar 1.5 jam dari Dusun Ende atau sekitar 2 jam berkendara dari Mataram. Saat saya kesini kebetulan sedang hujan jadi langit ataupun air lautnya sedang tidak bagus. Duh, sayang sekali rasanya sudah jauh-jauh tapi saya hanya melihat pantai kosong melompong yang nggak ada bagus-bagusnya. Ya yang penting sudah menginjakkan kaki di pantai yang pasirnya unik karena bentuknya seperti butiran merica namun lembut pas diinjak. Anyway, I still love Kuta Bali then this Kuta Lombok...jauuuuuh banget dari ekspektasi saya!


#Tips: Pantai Kuta Lombok persis dengan Kuta Bali banya pedagang suvenir berkeliaran, tapi disini banyakan anak-anak yang agak memaksa, jadi kalau kamu ditawarin mereka langsung aja bilang tidak dengan sopan karena kalau kamu hanya diam mereka malah makin mengejar-ngejar dan memaksamu membeli.

That's my Mataram City Tour...saya nggak bisa jelasin detailnya sih tapi kalau ada yang mau bertanya lebih lanjut, monggo kasih komen aja di postingan ini. 

No comments