Pentingnya Menjadi Bunda Tanggap Alergi di Masa Pandemi dengan Metode 3K


Menjadi ibu itu sama seperti masuk sekolah. Harus selalu siap menerima pelajaran baru yang mudah atau tidaknya harus diterima. Sama seperti saat dihadapi pada masalah alergi anak. Saat melahirkan Arga, anak pertama saya, saya sama sekali tidak pernah berpikir kalau dia akan memiliki alergi karena di benak saya saat itu alergi adalah sebatas alergi makanan (hahaha maafkan kebodohan bunda nak!). Nggak tahu-nya setelah Arga berusia dua tahun, selepas lulus ASI dan mulai minum susu formula, mulailah muncul segala macam penyakit yang kok mirip sama saya, seperti mudah bersin dan batuk saat kena udara dingin dan sering merasa perutnya kembung. Saat itu yang terpikir hanyalah, ah mungkin batuk pilek biasa, ah mungkin sakit perut biasa. Tapi ternyata oh ternyata, itu alergi bu ibu. Setelah di usut dari garis keturunan saya, saya dan keluarga itu punya asma which is alergi pada debu dan udara dingin. Ya wajar banget kalau alergi-nya turun ke anak. Nah, yang sakit perut nggak hilang-hilang itu yang sungguh di luar dugaan. Setelah bolak-balik ke dokter sampai pernah di opname segala, akhirnya ketahuan lah kalau memiliki alergi susu sapi. Ya ampun sungguh sampai sekarang saya masih bingung itu asalnya dari mana atau turun dari siapa. Karena keluarga suami dan keluarga saya sendiri tidak ada yang alergi susu sapi. Mungkin bawaan dari eyang buyutnya ya hehehe...


Nah, sejak saat itu lah saya merasa ya ampun kemana aja ya saya selama ini jadi ibu. Kok seperti kurang ilmu dan kurang sadar akan apa itu alergi dan gejala awal alergi (padahal saya punya asma hahaha, ini sih yang selalu bikin ketawa, masih denial aja itu bukan alergi ;-). Akhirnya, pas sudah punya anak kedua ini saya nggak mau mengulangi kebodohan saya. Saya anggap diri saya masuk sekolah S2 deh, kuliah lebih dalam tentang ilmu alergi. Apalagi di masa pandemi karena COVID-19 ini, saya makin parno kalau-kalau nggak segera tanggap alergi kan mau minta tolong sama siapa, mana ke rumah sakit juga masih takut. Akhirnya, saya baca-baca lagi literatur kesehatan, blog-blog ibu-bu influencer sampai menyempatkan diri ikutan web seminar a.k.a webinar di sela-sela #workfromhome kemarin (sumpah this is my first webinar lho *tepuktangan). Sungguh seniat itu saya spent time di hari kerja demi mendapat ilmu langsung dari dokter yang memang paham akan alergi pada anak hahaha. 

Photo by hellosehat.com

Webinar yang saya ikuti pada Senin, 29 Juni 2020 lalu diselenggarakan oleh PT Sarihusada Generasi Mahardhika dalam rangka mengkampanyekan "Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju" sebagai bentuk partisipasi dalam menyambut World's Allergy Week 2020 yang diselenggarakan oleh World Allergy Organization dari tanggal 28 Juni-4 Juli 2020. Webinari tersebut menampilkan pembicara yang keren-keren yaitu Prof. DR. Budi Setiabudiawan, dr. SpA(K), M.Kes seorang dokter anak dan juga Konsultan alergi dan imunologi Anak; Anggi Marika Septie, Senior Brand Manager SGM Eksplor Advance+ Soya dan Natasha Rizky, selebriti dan bunda yang memiliki anak alergi. Webinar ini dipandu secara interaktif oleh moderator, Mbak Indah Setyani dengan sesi tanya jawab dan juga doorprize di akhir sesi webinar. 


Dari webinar ini saya mendapatkan banyak sekali ilmu, fakta dan data yang sebelumnya tidak saya ketahui termasuk fakta bahwa hampir separuh dari penduduk di muka bumi ini bisa mengalami alergi termasuk anak-anak. Penyebab alergi pun bukan hanya dari faktor genetik, misal karena turunan dari orang tua atau saudara tapi juga bisa dari faktor lingkungan seperti asap, debu atau polutan di dalam rumah). Jenis alergi yang dialami pun beragam, namun yang paling banyak dialami anak-anak adalah alergi susu sapi. Menurut dokter Budi Setiabudiawan, 5-7% anak yang mengonsumsi susu sapi mengalami alergi protein susu sapi. Hal ini yang juga menjadi kekhawatiran saya sebagai seorang ibu karena anak yang alergi susu sapi mempunyai sistem imun lebih rentan daripada anak yang tidak memiliki alergi serupa. Anak yang alergi susu sapi juga berpotensi mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan jika alergi tersebut tidak ditangani secara tepat.


Kebanyakan ibu yang memiliki anak alergi awalnya memang tidak sadar kalau anaknya alergi. Persis seperti saya dulu yang berpikir kalau Arga hanya batuk dan sakit perut biasa. Singkat-nya tidak bisa membedakan apakah itu Alergi atau Infeksi. Ternyata ada cara cepat membedakan yang mana alergi dan infeksi dengan cara berikut:


Alergi terkadang tidak menimbulkan reaksi seperti orang sakit pada umumnya. Sama seperti anak saya dulu. Yang dia rasakan hanyalah kembung setiap kali minum susu sapi atau makan. Dikasih obat kembung pun tidak reda. Tidak ada demam, tidak ada ngeluh yang lain hanya mengeluh sakit lebih dominan di malam hari. Saya pikir malah dia masuk angin biasa karena siang sering main di luar rumah, tapi masa setiap malam masuk angin hahaha....Hal tersebut juga yang membuat saya sadar kalau saya kurang menjadi #BundaTanggapAlergi". Atas saran Dokter Budi Setiabudiawan, ada lho cara menjadi Bunda Tanggap Alergi melalui metode "3K", yaitu Kenali, Konsultasikan dan Kendalikan


1. KENALI, sebagai ibu kita harus kenali dulu gejala alergi susu sapi pada si kecil. Alergi susu sapi terjadi karena sistem imun tubuh si kecil terlalu sensitif terhadap protein susu sapi. Pada kondisi ini, tubuh menganggap protein tersebut sebagai zat asing yang mengancam tubuh tersebut sehingga menimbulkan gejala-gejala alergi. Gejala tersebut mudah terlihat pada beberapa bagian tubuh seperti saluran cerna (anak sering diare, muntah atau kolik), kulit (ada gejala ruam kulit, bengkak atau gatal-gatal yang tak mudah hilang) dan saluran napas (anak menderita sesak napas atau asma). Atau ada juga gejala berat seperti anafilaksis atau syok karena reaksi alergi berat yang bisa langsung menyebabkan ketidaksadaran bahkan kematian. Untuk lebih mudahnya, Bunda bisa nih ikut tes risiko alergi di web alergianak.com


2. KONSULTASIKAN, jika sudah mengenali gejala-gejala alergi susu sapi di atas. Ibu harus segera berkonsultasi ke dokter spesialis anak untuk penanganan lebih lanjut. 

Photo by alergianak.com

3. KENDALIKAN, jika sudah berkonsultasi dengan dokter dan mengetahui bahwa si kecil didiagnosis mengalami alergi susu sapi, ini saatnya ibu mengendalikan asupan untuk si kecil dengan cara menghindari asupan protein susu sapi. Dokter Budi Setiabudiawan merekomendasikan beberapa Tata Laksana Alergi (Rekomendasi dari IDAI), khususnya untuk anak yang alergi susu sapi, yaitu:

a. Pemberian obat-obatan sesuai indikasi spesialis anak
b. Penghindaran protein susu sapi dan produk turunannya
    i)  Dapat dilakukan dengan memberikan ASI, jika masih ASI karena bagaimanapun juga ASI 
         mengandung begitu banyak kebaikan yang tidak dimiliki susu lain. ASI pun mengandung alergen 
         makanan dalam jumlah sedikit serta menginduksi tolerans. Jika ASI masih dapat diberikan, ibu 
         yang menyusui-nya juga harus pantang protein susu sapi dan produk turunannya seperti keju, 
         yogurt, mentega, atau es krim 

Foto by putratani.com


     ii) Memberikan susu formula. Jika ASI dirasa tidak mungkin diberikan karena indikasi medis, ibu               bisa memberikan protein susu formula dengan beberapa jenis formula tergantung dari gejala yang 
         diderita seperti formula soya/protein terhidrolisa ekstensif untuk gejala alergi ringan-sedang 
         atau formula asam amino untuk gejala alergi berat.

foto by Flickr

Dengan menerapkan "3K" di atas, ibu-ibu seperti saya jadi lebih aware akan potensi alergi pada anak. Apalagi di masa pandemi seperti ini dimana anak-anak yang punya riwayat alergi susu sapi bisa menjadi sangat rentan pada virus. Selain menerapkan "3K", dalam webinar ini dokter Budi Setiabudiawan juga memberikan beberapa tips untuk menghadapi "New Normal" atau "Adaptasi Kebiasaan Baru" bagi ibu yang memiliki anak alergi susu sapi, yaitu:

1. Tidak melakukan penundaan imunisasi
2. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai SDIDTK (Stimulasi Deteksi, Intervensi 
    Dini Tumbuh Kembang)
3. Tetap menjaga kesehatan dengan nutrisi lengkap dan seimbang. Perbanyak makan buah dan 
    sayuran serta melakukan aktivitas fisik yang sesuai
4. Ajari anak untuk mencuci tangan menggunakan sabun, memakai masker dan menghindari 
    kerumunan/keramaian
5. Berjemur di depan rumah setiap pagi sekitar 10-15 menit untuk mengoptimalkan asupan vitamin D 
    yang baik untuk daya tahan tubuh. 


Nah, yuk bunda-bunda yang punya si kecil dengan alergi susu sapi seperti anak saya, mulai sekarang jadilah Bunda Tanggap Alergi dengan menerapkan "3K" dan menjalani tips menghadapi "New Normal" seperti di atas.  Jangan lupa untuk tetap memenuhi asupan nutrisi yang lengkap dan seimbang untuk si kecil yang alergi susu sapi seperti memberikannya susu SGM Eksplor Advance+ Soya sebagai alternatif nutrisi untuk mendukung tumbuh kembang si kecil menjadi Generasi Maju. Kunjungi juga website https://www.generasimaju.co.id/alergianak dan akun Instagram @soya_generasimaju atau Facebook "Soya Dukung Generasi Maju" untuk mengetahui lebih lanjut tentang kampanye "Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju". 

Photo by generasimaju.co.id


No comments